Wednesday, July 17, 2013

BURAQ DAN SIFAT-SIFAT NON LOKALITAS PADA ALAM (Bahan Dasar Pesawat Diatas Kecepatan Cahaya)

Walau Teknologi Buraq sebenarnya tidak harus mengikuti Teori-Teori Duniawi akan tetapi “pendekatan” pemikiran penting adanya. Bahwa ada tiga komponen yang mesti dipahami dalam hal ini yaitu Cahaya Diatas Cahaya, Alam Semesta dan Manusia. Pertanyaannya mengapa manusia tidak bisa (langsung) memegang angin dan menaikinya, kecuali angin itu ada di dalam suatu wadah yang tidak bocor dan dapat dinaiki. Ternyata wujud angin baru  dapat dinaiki dengan bantuan alat tertentu. Lantas bagaimana “cahaya” dapat dipegang dan dinaiki? Artinya bagaimana “sosok” manusia sedemikian rupa dapat “melesat” dalam kejapan mata dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso. Maka harus ada “pemahaman” tentang tiga komponen diatas sebagai “satu kesatuan utuh” karena saling kait berkait sedemikian rupa.
Mungkin juga “percobaan” Einstein, Podolsky dan Rossen dalam menemukan pemandangan suatu bentuk “cahaya” yang sifatnya “Non Lokalitas” akan dapat diaplikasikan sebagai bentuk “Energi” yang dapat membuat Pesawat melesat dengan kecepatan “cahaya”. Teori tentang “Ledakan Besar” bagaimana Alam Semesta ini terbentuk, yang bahkan seorang Mahafisikawan Stephen Hawking menyebut Alam Semesta ini hanya dari benda (Maha) sebesar kacang (hijau) yang ada sepersekian detik sebelum terjadi Dentuman Besar. Semua sebenarnya menunjuk bahwa “awal” segala adalah dari sesuatu yang “Maha”. Adapun “penemuan” sebentuk partikel yang disebut-sebut sebagai “Partikel Tuhan” justru semakin menambah tanda Tanya bagaimana sebenarnya Alam Semesta ini terbentuk. Apa hanya cukup dari satu partikel atau justru memang dari wujud sebesar kacang? Sementara penelitian tentang “neutrino” yang dapat “terdeteksi” ketika sebuah bintang “meledak”, juga merupakan arah pencarian diantara sekian jenis wujud-wujud “cahaya serta kecepatannya”
Akan tetapi “perbedaan” mendasar dengan para Ilmuwan hanyalah pedomannya yaitu isyarat-isyarat yang sungguh sangat sederhana didalam Kitab Suci. Bahwa ketika “langit terbuka” maka yang terpancar (terpandang) adalah “cahaya kilat”, sedang secara mikro ketika “langit terbuka” biji-bijianpun “tumbuh” hidup dari yang namanya “mati” (tumbuh biji-bijian adalah termasuk prilaku langit). Senantiasa terjadi “ledakan” ketika “langit  terbuka”. Apakah ketika terjadi “ledakan” maka cahaya yang terpancar disebut Neutrino dan sebagainya telah ada pegangannya didalam Kitab Suci. Baik secara mikro (ilmu yang berkembang antara lain Nanotek) atau makro ( ilmu yang berkembang antara lain Kosmologi) bagi seorang hamba semua tetap ada tertulis di dalam Kitab Suci. Dalam tiap kejadian yang demikian sederhana ternyata ilmu didalamnya tidaklah sesederhana yang terbayangkan.
Istilah “Al Hadid” didalam Kitab Suci misalnya yang sejauh ini Penulis yakini sebagai bagian dari Teknologi Buraq, justru merupakan “bahan dasar” Pesawat Diatas Kecepatan Cahaya. Walau kenyataannya al hadid dipahami sebagai wujud “besi” akan tetapi bukan itu yang ada dalam  pemahaman Penulis. Adanya daya tarik menarik atau tolak menolak dari “prilaku besi berani”, juga bagian dari prilaku Al Hadid. Termasuk didalamnya istilah “gravitasi” juga “luar gravitasi” (yang dalam pemahaman Penulis adalah “langit”), semua tidak lepas dari “prilaku Al Hadid” yang tertulis dalam Kitab Suci. Bahkan apa yang disebut “Partikel Tuhan” justru sangat mengental “prilaku Al Hadid” didalamnya, walau bolehjadi ada “penolakan” dari Para Ilmuwan tentang hal ini Penulis tetap pada keyakinan tersebut. Karenanya mudah-mudahan tidak digunakan sebagai mesin perang atau senjata, sebaliknya pembentukan sesuatu (sel tubuh) yang dikehendaki misalnya (dapat memperbaiki mengganti atau menambah sel karena rusak, mati) justru dapat digunakan sebagai “penyembuh” (pada saatnya nanti). Partikel Tuhan dalam pandangan Penulis dapat merupakan terobosan dalam mengenal apa itu “langit” yang tertulis dalam Kitab Suci (dimana kekuatan-kekuatan langit dapat menyembuhkan, semacam terapi cahaya). Dimana kelak (melalui penelitian lebih jauh “Partikel Tuhan”), manusia akan sampai pada Area-Area yang tidak ada pengaruh lagi dengan apa yang disebut “gravitasi” dan karenanya Penulis sebut “Luar Gravitasi” (merupakan Area-Area Diatas Kecepatan Cahaya, dimana sifat-sifat Non Lokalitas memenuhi Area Langit ini). Bahwa hanya “Bahan Dasar” sedemikian rupa itulah (yang dalam Al Quran disebut Al Hadid) maka Pesawat Diatas Kecepatan Cahaya akan segera dapat terealisasi (InsyaAlloh).
Memang sederhana, tetapi dalam pembuatan sebilah “keris”, Mpu-Mpu masa lalu dengan laku “berpuasa” mensucikan diri ternyata “pancaran” cahaya yang tidak kelihatan dapat “mempengaruhi” prilaku-prilaku Al Hadid lain di sekian diri (tubuh-tubuh) manusia (yang sangat nyata didalam tiap tubuh terkandung Al Hadid). Pengaruh itu dapat berupa tarikan-tarikan (daya tarik) atau tolakan-tolakan (daya tolak), sebagai “wibawa” dansebagainya bahkan prilaku al hadid pula maka tubuh dapat jadi “kebal” tidak mempan (ada daya tolak terhadap) senjata tajam. Sebutan-sebutan “mistis” (mistik) pada keris selayaknya dipikir ulang (khususnya para Agamawan) sehingga dengan pemahaman yang rasional pasti alam akan dapat terlepas dari unsur “syirik”. Para Waliullah Tanah Jawa ini tidak melarang “Teknologi Keris”, justru ada isyarat-isyarat dalam wayang dengan symbol Gatot Kaca dalam mengisyaratkan prilaku Al Hadid (bagi hambaNya).
Bahwa Buraq adalah kejadian di alam dunia, karena itu apapun penilaian (khususnya para Agamawan) terhadap diri Penulis selayaknya harus bijak dan tidak tergesa-gesa dalam memvonis, hanya karena tidak bersesuaian dengan pendapat-pendapat yang ada selama ini. Juga tentang masalah “Langit” yang dalam pemahaman Penulis adalah demikian dan demikian (bacalah), juga tentang Al Quran dengan “Besaran-Besaran” yang tersebar sedemikian rupa di Alam Semesta, serta suatu keyakinan sangat adalah tentang “Teknologi Buraq” dimana merupakan “Ilmu Islami Murni” yang sesungguhnya akan dapat “menjawab” pada Area yang sangat luas meliputi segala gugusan bintang gemintang, dimana makna rahmatan lil alamin justru menjadi realitas yang sangat rasional.
Area-Area Langit yang dalam pemahaman Penulis sebagai “Luar Gravitasi” adalah “Area Diatas Kecepatan Cahaya atau Cahaya Diatas Cahaya” sebagaimana yang tertulis dalam Kitab Suci, sedang “kesempurnaan” segala sesuatu adalah di “sisi” Alloh SWT. Sifat-Sifat Non Lokalitas memenuhi Area-Area Langit ini, sehingga pada akhirnya manusia dapat memahami makna kun, faya kun yaitu bagaimana Alam Semesta dicipta tercipta dibentuk terbentuk oleh Alloh SWT. Melihat perkembangan Ilmu-Ilmu yang ada saat ini, bolehjadi memang sudah saatnya manusia akan dapat mengenal penciptaan Alam Semesta oleh Alloh SWT secara hakekat sesungguhnya, sehingga lingkup kehidupan tidak hanya sebumi kita ini lagi, akan tetapi ke segala bumi di bintang gemintang, Antar- Bumi- Antar- Bintang yang bukan lagi sebagai khayalan. Wallahu ‘alam bish showwab. (bersambung). Winano (masnano)

No comments:

Post a Comment